Jumat, 11 Desember 2009

GEMPA BUMI

Gempa bumi



Pusat-pusat gempa di seluruh dunia, 1963–1998
Peta persebaran daerah rawan gempa, garis yang bewarna merah muda


Pengertian gempa bumi

Rata Penuh Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.

Tipe gempa bumi

  1. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempabumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
  2. Gempa bumi tektonik ; Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tektonik plate (plat tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa tektonik ialah seperti yang terjadi di Padang, Sumatera barat pada September tahun 200
  3. Gempa bumi tumbukan ; Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang terjadi
  4. Gempa bumi runtuhan ; Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
  5. Gempa bumi buatan ; Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

Penyebab terjadinya gempa bumi

Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba sehingga semakin lam tidak terjadi gempa atau intensitas gempa jarang maka kekuatan gempa yang dihimpun semakin besar. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tektonik plate (plat tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi



Penyebab Gempa Bumi di Indonesia

Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan akibat gempa ini terjadi karena energi getaran gempa merambat ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk, kebakaran, kecelakaan industri, kecelakaan transportasi dan banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya. Terjadinya gempa bumi bisa diakibatkan oleh dua hal, yaitu karena letusan gunung berapi yang disebut gempa vulkanik atau karena pergeseran lapisan bumi yang berbentuk piringan gempa tektonik. Sekitar 90 persen gempa bumi terjadi di bawah air. Tepatnya, di daerah cincin api yang terletak di lingkaran Lautan Pasifik. Di daerah itu banyak sekali gunung api dalam laut yang masih aktif. Jika gunung-gunung tersebut mulai aktif, akan terjadi getaran di permukaan bumi dan itu termasuk gempa vulkanik.
Sedangkan gempa tektonik terjadi karena adanya pergeseran lapisan bumi yang berbentuk piringan atau sering disebut lempeng bumi. Bumi terdiri dari banyak lapisan. Lapisan terluar bumi adalah litosfer. Di bawah permukaan litosfer terdapat lapisan yang menyerupai kerang yang terdiri dari tujuh batu piringan tebal. Batu tersebut tebalnya sekitar 100 km yang bisa bergerak sepanjang 10 sentimeter tiap tahunnya. Gempa bumi sering terjadi karena adanya pergerakan di antara dua lapisan batu tebal. Gerakan batu itu juga bisa terjadi karena ada tekanan dari permukaan bumi selama bertahun-tahun. Pergeseran itulah yang membuat gempa bumi terjadi dan sering disebut sebagai gempa tektonik. Adapun penyebab lain terjadinya Gempa Bumi adalah proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi, aktivitas sesar di permukaan bumi, pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah , menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, dan bahan peledak seperti ledakan nuklir. ( dari berbagai sumber)

Tiga Lempeng Bumi Yang Melalui Indonesia


Sudah sering disebutkan bahwa wilayah Indonesia terletak di antara 3 lempeng bumi yang aktif, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Lempeng aktif artinya lempeng tersebut selalu bergerak dan saling berinteraksi. Lempeng Pasifik bergerak relatif ke Barat, lempeng Indo-Australia relatif ke utara dan lempeng Eurasia bergerak relatif ke tenggara. Dari teori tektonik diketahui, secara keseluruhan lempeng bumi ada delapan selain ketiga lempeng tersebut di atas, yaitu lempeng Amerika Utara, lempeng Afrika, lempeng Amerika Selatan dan lempeng Nazca. Ketiga lapisan ini berbeda jenis material penyusunannya sehingga berpengaruh pada sifat fisiknya. Ia antara lain mempengaruhi kecepatan gelombang air yang merambat pada setiap lapisan.
Para pakar membagi struktur bumi menjadi tiga bagian, yaitu kerak bumi, selimut bumi dan inti bumi. Kerak bumi terbagi menjadi dua bagian, masing-maisng kerak samudera (permukaan yang ada di dalam samudera) dan kerak benua atau permukaan daratan. Kerak bumi memiliki ketebalan yang variatif. Antara 0 kilometer sampai dengan 50 kilometer. Pada setiap lokasi, berbeda ketebalannya. Sementara Kerak Samudera memiliki ketebalan yang variatif tapi lebih tipis daripada kerak bumi, yaitu antara 10-12 kilometer (Geologi dan Mineralogi Tanah, 1996). dalam lapisan selimut bumi tersebut terdapat lapisan yang dikenal dengan astenosfer (asthenosphere) yang bersifat cair kental dengan suhu mencapai ribuan derajat celcius. Lempeng-lempeng bumi tadi bergerak mengambang di atas cairan kentalk dan panas tadi dan selalu berinteraksi satu sama lain. Kecepatan pergerakan lempeng-lempeng bumi ini antara 1 centimeter sampai dengan 13 centimeter setiap tahunnya dengan arah tertentu untuk setiap lempengnya.
Pertemuan antar-lempeng dapat berupa subduksi (penunjaman), seperti antara lempeng Indo-Australia yang menunjam ke lempeng Eurasia, atau saling tarik menarik (divergensi), atau saling bergeser. Daerah penunjaman dua lempeng bumi inilah yang disebut dengan zona subduksi.
Daerah batas antar-lempeng ditandai dengan adanya palung, punggungan samudera (deretan gunung dan pegunungan di laut) dan pengunungan yang sejajar pantai, seperti pegunungan Bukit Barisan di Sumatera. Dengan memperhitungkan daerah-daerah antar-lempeng tersebut dapat dibuat zonasi daerah rawan bencana gempa bumi. Daerah yang berdekatan dengan daerah pertemuan dua lempeng, seperti zona subduksi, adalah termasuk daerah rawan bencana gempa bumi.
Daerah rawan bencana gempa bumi di Indonesia berderet sesuai dengan jalur zona subduksi itu. Masing-masing diketahui; di sebelah barat Pulau Sumatera, Selatan Pulau Jawa, Nusatenggara, Maluku dan Papua. Adapun Pulau Kalimantan dapat dikatakan relativf aman karena jaraknya agak jauh dari daerah pertemuan antar-lempeng atau zona subduksi.
Di daerah pertemuan antar-lempeng bumi pada waktu tertentu akan terjadi penumpukkan energi akibat tekanan antar-lepmeng yang menyebabkan instabilitas. Karena bebatuan pada daerah tersebut tidak mampu lagi menahan tekanan, maka bebatuan tersebut bisa patah sambil melepaskan energi. Pelepasan energi tersebut menjalar ke permukaan bumi dengan gelombang vertical dan horizontal yang menggoyangkan semua yang ada di permukaan bumi. Inilah yang kemudian kita rasakan sebagai goncangan besar atau gempa bumi.
Menurut Briggita Isworo (1995), peristiwa gempa bumi dari rentetan pergerakan lempeng bumi itulah yang bakal terjadi secara berulang-ulang di negeri Indonesia ini, sejalan dengan posisi sejumlah daerah di wilayah Indonesia yang posisisnya dekat dengan zona subduksi. Artinya, bencana gempa bumi masih terus akan terjadi dan mengancam bumi Indonesia.

Dampak Gempa Bumi

Goncangan gempabumi tersebut terasa dan berpotensi menyebabkan bencana (retakan pada dinding hingga rusak berat pada pemukiman dan terjadi gerakan tanah/tanah longsor) di wilayah Jawa Barat bagian selatan, antara lain,Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Tasikmalaya. Di beberapa wilayah Jawa Barat bagian selatan, banyak terdapat zona kerentanan gerakan menengah hingga tinggi, maka gempabumi ini berpotensi diikuti oleh kejadian gerakan tanah/tanah longsor. Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi

Selasa, 17 November 2009

KARAKTERISTIK ANGGOTA TATA SURYA

Pada malam hari mungkin kita semua dapat menyaksikan cahaya bulan yang begitu indah tanpa merasakan panas sedikit pun. Lain halnya pada siang hari. Udara yang panas dan begitu menyengat akan kita rasakan begitu Matahari tepat di atas kepala. Samakah sifat cahaya yang dihasilkan oleh matahari dan bulan? Mengapa pancaran Matahari terasa panas, sementara bulan tidak? Sifat dan karakteristik keduanyalah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Seperti yang telah kita ketahui di depan bahawa Tata Surya terdiri atas Matahari (pusat Tata Surya), sembilan planet yang mempunyai orbit berbentuk elips, meteor , asteroid, komet, dan satelit alami yang bergerak mengelilinya. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa sifat yang dimiliki oleh anggota Tata Surya kita.

1. Matahari
Matahari adalah pusat Tata Surya. Ukuran diameternya seratus kali lebih besar dari Bumi, tapi Matahari masih termasuk dalam bintang dengan ukuran kecil. Jarak Matahari ke Bumi sekitar 150 juta km, waktu yang dibutuhkan sinar Matahari untuk sampai ke Bumi 8,33 menit.
Matahari terdiri dari bagian inti dan lapisan kulit. Bagian kulit Matahari terdiri atas lapisan Fotosfera, Khromosfera, dan Korona. Fotosfera adalah gas yang dipancarkan ke segala penjuru. Di atasnya ada lapisan Khromosfera dan lapisan yang terletak paling atas yaitu lapisan Korona berupa lidah api yang menyala-nyala. Pancaran energi hasil reaksi nuklir pada bagian inti menghasilkan panas sebesar 15.000.000°C. Sedangkan suhu pada permukaanya hanya 6.000°C.

2. Planet
Planet merupakan benda langit dalam Tata Surya yang bergerak mengelilingi Matahari pada lintasan (orbit ) yang stabil. Sampai saat ini terdapat delapan planet dalam system Tata Surya kita, sehubungan dengan tidak diakuinya lagi Pluto sebagai anggota system Tata Surya kita karena garis edarnya yang berbeda.
Secara garis besar planet dalam Tata Surya dapt digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu planet kecil (merkurius, Venus, Bumi, dan Mars) dan planet besar (Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus). Kelompok planet kecil memiliki kerapatan rata-rata 4 atau 5 kerapatan air sedangkan kelompok planet besar dicirikan dengan besarnya garis tengah planet yang jauh di atas garis tengah Bumi. Selain itu planet dalam system Tata Surya kita di bedakan dalam planet dalam, planet yang garis edarnya terletak diantara garis edar Matahari dan Bumi yaitu (Merkurius dan Venus) dan planet luar, planet yang garis edarnya lebih jauh atau lebih besar dari garis edar Bumi.

3. Asteroid
Asteroid merupakan planet berbatu yang kecil (diameter 1.700 km) dengan jumlah yang sangat banyak. Dalam Tata Surya terdapat beribu-ribu Steroid yang juga mengelilingi Matahari. Asteroid yang orbitnyamelwati orbit Bumi dinamakan Asteroid Apollo. Selain itu, masih banyak Asteroid yang sudah diberi nama sesuai dengan nama penemunya.
Sebagian besar kelompok Asteroid dijumpai berada di antara orbit planet Mars dan Jupiter. Daerah ini di kenal dengan Sabuk Utama (Main Belt). Selain itu ada pula kelompok Asteroid dengan orbit berbeda , seperti kelompok Trojan dan kelompok AAA (Triple A Asteroids-Amor, Apollo, Aten).

4. Meteor
Meteor atau yang disebut bintang jauh merupakan bagian terpisah dari Asteroid. Meteor yang jatuh mengarah ke Bumi akan nampak saperti bola api. Meteor yang jatuh terkadang sangat banyak dan disebut sebagai hujan meteor. Ketika terjadi hujan meteor, jutaan meteor masuk ke dalam atmosfer Bumi, tetapi sebagian besar terbakar habis sebelum sampai ke permukaan bumi. Kadang-kadang meteor yang tidak habis terbakar akhirnya sampai ke permukaan dinamakan meteorid.

5. Komet
Komet merupakan benda angkasa yang terlihat bercahaya dikarenakan adanya gesekan atom-atom di udara. Ukuranya dapat melebihi 10 mil dan mempunyai ekor yang panjangnya jutaan mil. Oleh karena itu, komet sering disebut bintang berekor.

Salah satu komet yang terkenal adalah komet Halley. Komet ini ditemukan oleh Edmond Halley. Rata-rata periode munculnya orbit komet Halley setia 76-79 tahun sekali. Komet Halley terakhir terlihat pada tahun 1986 dan diperkirakan akan tampak lagi pada tahun 2061. Inti atau pusat dari komet Halley sangatlah gelap dengan diameter kurang lebih 1.024 km.
Selain komet Halley terdapat beberapa nama komet lainya, seperti komet Hyakutake dan komet Hale-Bopp.para ahli menyebutkan, pada 251 juta tahun lalu terjadi kepunahan yang sangat besar disebabkan komet atau asteroid telah menabrak Bumi. Kesimpulan ini diperoleh dari atom yang terjebak dalam kerangka molekuler karbon. Tetapi belum diketahui dimana letak tabrakan komet atau asteroid dengan Bui tersebut.

Sumber: buku geografi kelas x penerbit cempaka putih oleh nur wahyudi s .si. dan tri haryanto s.si.

Sabtu, 14 November 2009

Illustrative examples can be tailored to local contexts. In discussing migration in national geography standard 9, a school district in california might examine migration from southeast asia, a school district in flourida might devote attention to migration from the caribbean, and a school district in texas might consider migration from mexico and central america. Simliarly, a new england school district might discuss migration of french canadians in the nineteenth century whereas a school district in louisiana might look at the migration of acadians in the early eighteenth century. School districts in cichago and baltimore might look at the flows of african americans from mississippi and alabama in the early and middle twentieth century; whereas school in cincinnati and cleveland might choose migration from appalachia during the same period. In all cases,despite differences in specific place and time, the basic geographic concepts would be identical: push and pull factors, migration streams, migration fields, distances, the role of intervening oppurtunities.


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by ArchitecturesDesign.Com Beautiful Architecture Homes